Mahasiswa merupakan suatu istilah yang mendeskripsikan tentang tingkatan paling tinggi dari seorang pelajar. Disini adalah puncak seseorang menuntut ilmu secara formal meskipun kita tahu bahwa menuntut ilmu itu tidak ada batasnya sampai kita berada di liang lahat. begitupun dengan mahasiswa perawat, mereka adalah pelajar tingkat tinggi dan calon orang-orang profesional yang akan terjun dalam membantu masyarakat, khususnya dalam bidang kesehatan dan keperawatan.
Dalam prosesnya, mahasiswa perawat sering dihadapkan pada sesuatu yang bisa memberikan tekanan batin berupa kecemasan yang luar biasa, baik saat mengikuti perkuliahan ataupun saat terjun langsung kepada masyarakat berupa praktik klinik dan praktik komunitas. Kecemasan itu hakikatnya adalah rasa ketakutan terhadap masa yang akan datang yang kita sendiri belum tahu seperti apa nanti kenyataannya, kita hanya bisa memprediksi, bisa benar tapi bisa juga salah.
Ada sebuah studi tentang perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa perawat saat mengikuti perkuliahan dengan saat menjalani praktik klinik, dan hasilnya 80 persen mahasiswa perawat lebih merasa cemas saat mengahadapi praktik klinik. Ada beberapa hal yang sangat signifikan dalam mempengaruhi tingkat kecemasan mahasiswa perawat saat melakukan praktik klinik, diantaranya:
Ketidaksiapan Mahasiswa Perawat
Faktor ini hampir mendominasi faktor penyebab kecemasan dari mahasiswa perawat yang menjalani praktik klinik. Bagaimana tidak, mereka praktik dengan keadaan kurang siap, padahal yang menjadi obyek praktikum adalah manusia secara langsung (pasien), bukan lagi alat peraga atau benda mati yang berada di laboratorium praktikum. Banyak diantara mahasiswa perawat yang hanya ngikut aja saat praktik tanpa mempunyai visi dan misi yang jelas, sementara obyek yang ada di lapangan membutuhkan kejelasan dan bantuan yang bisa memberikan solusi untuk masalahnya. Ketika pasien bertanya tentang masalah dan penyakitnya, mahasiswa perawat akan kebingungan dan akhirnya muncullah kecemasan dan ketakutan saat menghadapi pasien. Ketika pembimbing ruangan atau perawat senior yang ada di dalam ruangan mencoba untuk menggali seberapa siap mahaiswa perawat dalam mengahadapi praktik, mahasiswa perawat akan galau seperti orang gagap, sehingga kepercayaan dari pasien dan perawat yang bekerja akan berkurang, ini fatal untuk psikis mahasiswa dalam menjalankan praktik klinik.
Solusi dari masalah ini adalah siapkan diri kalian mulai sekarang. Persiapan dimulai saat mengikuti perkuliahan dengan mengkorelasikannya saat praktik di laboratorium praktikum kemudian di aplikasikan dalam praktik klinik. Budaya membaca, bertanya dan mencatat harus selalu melekat kuat dalam diri seorang mahasiswa perawat. Sebelum praktik, biasanya mahasiswa akan dibagikan check list dan panduan praktikum, itu dibaca dan dijadikan target saat menjalani praktik jangan hanya dibuat sebagai penghias atau isi tas, mahasiswa perawat yang siap melakukan praktik klinik adalah mahasiswa yang minimal sudah membaca check list dan panduan praktikum, karena disanalah target dan tujuan dari seorang mahasiswa menjalankan praktik klinik, disanalah terdapat visi dan misi yang jelas tentang apa yang akan dicapai dan dijalankan saat menjalani praktik klinik. Saat panduan praktik sudah dibaca, maka mahasiswa perawat akan menyiapkan teori dari target praktikum, entah itu dengan cara browsing, referensi buku di perpustakaan, diskusi dan lain sebagainya.
Saat kesiapan diri secara intern sudah matang, maka kecemasan mahasiswa praktik pasti akan sangat berkurang dan akan merasa enjoy saat menjalani praktik klinik.
Adaptasi Lingkungan
Ini juga merupakan fakor pengaruh yang berperan dalam meningkatkan kecemasan mahasiswa perawat saat melakukan praktik klinik. Mahasiswa perawat yang masih polos akan terjun langsung kepada masyarakat dan dunia baru. Disana mahasiswa perawat akan menjumpai orang yang menangis, sedih, marah-marah bahkan orang yang mendekati ajal. Mahasiswa akan dihadapkan pada suasana empati psikis atau bahkan bisa simpati, tergantung pada koping mekanisme masing-masing mahasiswa, mahasiswa akan dihadapkan pada luka dan kasus yang bau dan sangat menjijikkan. Disamping itu, mahasiswa akan dihadapkan dengan pembimbing atau senior yang mungkin “kurang bersahabat”, tegas dan disiplin tinggi karena memang hakikat perawat adalah memang seperti itu. Sehingga mahasiswa perawat yang praktik sepertinya “wajar” kalau stress.
Mahasiswa perawat harus mampu menjaga diri dan berkomunikasi dengan baik, terutama komunikasi efektif (komuniksi antar perawat dengan perawat dan tenaga kesehatan yang lain) dan komunikasi terapiutik (komunikasi antar perawat dengan pasien dan keluarga pasien). Sebisa mungkin mahasiswa perawat harus bisa menguasai lingkungan praktik, lakukan intervensi sesuai prosedur dan rasionalitas keperawatan, dan berprilakulah sebaik dan sekomunikatif mungkin demi kenyamanan saat menjalankan praktik.
Tugas Askep Dan Presentasi
Ini factor yang ketiga yang juga sangat berpengaruh terhadap mahasiswa perawat dan biasanya hanya menimpa kepada mahasiswa yang mohon maaf, kurang rajin dan kurang pinter, hehehe.. biasanya mahasiswa yang tipe seperti ini akan kalap saat ada penugasan saat praktik klinik, penugasan berupa askep ataupun presentasi hasil dari praktik klinik.
Solusinya, ciptakan relasi yang baik antar teman dan berusahalah untuk belajar da bertanya dari apa yang menjadi permasalahan saat ini. Bertanya tentang ilmu adalah perbuatan mulia dan bisa mengembangkan kemampuan mahasiswa perawat. Perawat hebat adalah tentang penguasaan keperawatan secara Knowledge, Afektif dan Psikomotor, tidak boleh hanya setengah ataupun sebagian saja yang dikuasai, akan tetapi dikuasai secara holistik dan komprehensif.
Mahasiswa perawat yang cerdas adalah mahasiswa yang mampu menguasai lingkungan serta selalu siap dalam kondisi apapun, mereka mampu menekan rasa cemas menjadi semangat yang luar biasa demi pengembangan diri dan profesi.
0 Response to "Menjadi Mahasiswa Perawat Nggak Boleh Cengeng, Ya?"
Posting Komentar