Beberapa Mitos Tentang Vaksin

 

Ketika Anda berkunjung ke beberapa sarana kesehatan, baik itu ke Puskesmas, Rumah Sakit ataupun sarana kesehatan lainnya, disana anda akan mendapatkan berbagai terobosan baru dari dunia kesehatan, tentunya terobosan yang sangat bermanfaat terhadap kesehatan manusia. Salah satu terobosan itu adalah adanya beberapa vaksin untuk mempertahankan kesehatan kita, melindungi tubuh manusia dari berbagai macam penyakit sesuai dengan yang divaksinkan.

Vaksin sudah memberikan bukti  telah mengurangi berbagai macam kesakitan dan kematian manusia, dan itu sudah terekomendasi dari WHO. Vaksin benar-benar sebuah keajaiban medis.

Akhir-akhir ini, banyak kejadian yang luar biasa menakutkan tentang vaksin, terutama tentang vaksin palsu. Anda harus bijak dalam memilih vaksin, pilihlah vaksin yang terdapat di instansi pemerintah, seperti RS pemerintah dan Puskesmas.

Disamping itu, masih begitu banyak informasi yang salah tentang vaksin dan imunisasi di dunia, termasuk mitos dan opini yang benar-benar menyesatkan. Berkonsultasilah ke instansi atau sarana kesehatan yang ada, tanyakan secara lengkap disana tentang keajaiban vaksin. Jangan percaya mitos dan informasi yang tidak jelas, kesehatan anda dan keluarga sangat penting.

Sahabat, berikut beberapa Mitos tentang Vaksin:

Mitos 1: Vaksin Menyebabkan Autisme
Mitos ini masih saja dalam masyarakat padahal sudah dibantah beberapa kali bahwa vaksin apapun tidak ada hubungannya dengan autisme. Autisme terjadi karena faktor genetika atau karena gangguan dari penyakit lain, bukan vaksin.

Mitos 2: Vaksin Tidak Bisa Menularkan Penyakit
Ada sebagian orang berpendapat bahwa kalau salah satu orang keluarga sudah di vaksin, maka anggota keluarga yang lain tidak perlu di vaksin. Mereka berpendapat bahwa dengan vaksinasi terhadap satu orang bisa menjaga kesehatan tubuh anggota keluarga yang lain.

Konsep ini disebut "kekebalan kawanan", jika kebanyakan orang kebal terhadap penyakit, maka mereka mendapat perlindungan pertahanan tubuh dari orang yang divaksin tadi. Sehingga penganut mitos ini sering menyalahkan bahwa vaksin tidak berfungsi secara maksimal.

Contoh Kasus: Ketika anak-anak mendapatkan suntikan vaksin flu, dan orang tua yang ada di dalam komunitas itu terkena flu, mereka menyimpulkan bahwa vaksin flu yang diberikan ke anak-anaknya tidak efketif. Ini jelas keliru, karena vaksinasi bermanfaat hanya untuk mereka yang telah di vaksin, bukan untuk mereka yang tidak di vaksin.

Mitos 3: Jika Penyakit Telah Dibasmi, Anak-anak Tidak Perlu Divaksinasi
Pemikiran ini jelas salah, karena vaksin penyakit tertentu termasuk campak, telah dieliminasi di banyak lokasi. Tapi jika anak-anak, tidak divaksinasi (imunisasi) saat itu, kita mulai melihat penyakit ini bermunculan lagi. Dan yang paling menyedihkan adalah bahwa wabah ini nantinya sulit dicegah. Jika kita berhenti melakukan vaksinasi terhadap anak-anak dengan tepat waktu, sesuai dengan jadwal yang disetujui WHO, maka sejatinya kita memberikan penyakit yang sama dengan yang diderita  nenek moyang kita.

Mitos 4: Setelah Anda Sudah Dewasa, Anda Tidak Perlu Vaksin Lagi
Banyak perdebatan dan diskusi di sekitar vaksin berfokus pada anak-anak, tapi ternyata ada beberapa vaksin yang juga penting untuk orang dewasa.

Sebagai contoh, beberapa vaksin seperti Tetanus, Diptheria dan Pertusis (DPT), membutuhkan penguat dari waktu ke waktu untuk tetap efektif. Banyak rumah sakit yang memastikan orang tua dan kakek-nenek yang masih banyak yang menggunakan vaksin, seperti vaksin Influenza dan vaksin Miningitis. Ini bisa dilakukan tiap tahun dan saat anda bepergian ke luar negeri.

Mitos 5: Vaksin Akan Membuat Saya Sakit
Setelah mendapatkan vaksin, Anda mungkin akan mengalami gejala ringan seperti badan panas. Itu bukan penyakit yang disebabkan oleh vaksin, itu hanya gejala ringan yang ditimbulkan oleh vaksin sebagai respon tubuh, itu hanya sementara dan akan segera sembuh. Memang ada kasus-kasus alergi vaksin dan itu jarang terjadi, dan pasti dalam pantauan yang ketat.

Mitos 6: Terbuat Dari Babi (Yang Haram)

Memang ada sebagian vaksin terbuat dari Babi, tapi tidak semuanya. Ada regulasi yang kuat dari pemegang kebijakan, termasuk pemerintah dan MUI. Vaksin yang terbuat dari Babi akan dipantau dengan ketat dan tidak akan diberikan kepada yang mengaharamkan Babi. Semua itu merupakan tanggungjawab yang kuat dari pemegang kebijakan.


Sahabat, bagi kebanyakan orang, manfaat perlindungan dari vaksin jauh lebih besar daripada ketidaknyamanan ringan yang mungkin datang setelah divaksin, sifatnya sementara. Dan jangan lupa, perlindungan vaksin tidak hanya  untuk Anda, tapi sangat penting untuk semua orang di sekitar Anda.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Beberapa Mitos Tentang Vaksin"

Posting Komentar