Keluarga merupaka bagian terpenting dalam hidup kita sebagai manusia, didalamnya ada kebahagiaan, dukungan dan semangat hidup. Secara teori, keluarga merupakan hubungan dua orang atau lebih yang ada ikatan darah, interaksi yang kuat, baik yang tinggal dalam satu rumah ataupun tidak.
Keluarga juga sangat erat hubungannya dengan sebuah tanggungjawab dan pengambilan keputusan, termasuk dalam menentukan sebuah keputusan seorang ibu dalam hal mengasuh anak sampai tumbuh dan berkembang dengan sempurna atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan keluarga itu sendiri. Secara fungsi dari peran seorang ibu, bekerja memang merupakan tugas sekunder bagi seorang istri jika sang suami masih sanggup untuk bekerja dan memberikan nafkah. Tapi, bagaimana jika penghasilan dari sang suami selaku pencari nafkah tidak mencukupi terhadap kelangsungan sebuah keluarga?
Keluarga juga sangat erat hubungannya dengan sebuah tanggungjawab dan pengambilan keputusan, termasuk dalam menentukan sebuah keputusan seorang ibu dalam hal mengasuh anak sampai tumbuh dan berkembang dengan sempurna atau bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan keluarga itu sendiri. Secara fungsi dari peran seorang ibu, bekerja memang merupakan tugas sekunder bagi seorang istri jika sang suami masih sanggup untuk bekerja dan memberikan nafkah. Tapi, bagaimana jika penghasilan dari sang suami selaku pencari nafkah tidak mencukupi terhadap kelangsungan sebuah keluarga?
Sementara peran seorang istri selaku ibu dari anak-anak masih dibutuhkan dalam menjaga pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya. Ini jelas suatu keadaan yang sangat dilematis, pasti ada yang setuju untuk tetap tinggal di rumah bersama anak-anak dengan memanfaatkan sebisa mungkin untuk merasa cukup dengan penghasilan atau nafkah dari suami, sementara opini lain akan membolehkan istri untuk bekerja membantu sang suami, toh nantinya juga untuk kelangsungan keluarga.
Perawathebat.com memberikan beberapa solusi yang inshaAllah obyektif untuk kasus ini. Pertimbangan untuk seorang istri yang membantu mencari nafkah memang banyak faktor yang menjadi penghalang, seperti faktor agama dan norma sosial, pendidikan, dan tuntutan dalam keluarga. Ada sebagian orang yang tidak memperbolehkan seorang perempuan keluar rumah termasuk bekerja tanpa seorang pendamping, ada juga semacam hukum sosial yang mengatakan bahwa perempuan yang di rumah saja termasuk perempuan yang ketinggalan zaman dan tidak emansipasi, ada juga yang mengatakan sambil sinis bahwa seorang perempuan yang sekolah tinggi tapi setelah mempunyai suami dan anak tinggal di rumah, apa nggak eman??? berbagai macam persepsi masyarakat yang kita tidak kuasa untuk menahannya, itu sah-sah saja.
Perawathebat.com memberikan beberapa solusi yang inshaAllah obyektif untuk kasus ini. Pertimbangan untuk seorang istri yang membantu mencari nafkah memang banyak faktor yang menjadi penghalang, seperti faktor agama dan norma sosial, pendidikan, dan tuntutan dalam keluarga. Ada sebagian orang yang tidak memperbolehkan seorang perempuan keluar rumah termasuk bekerja tanpa seorang pendamping, ada juga semacam hukum sosial yang mengatakan bahwa perempuan yang di rumah saja termasuk perempuan yang ketinggalan zaman dan tidak emansipasi, ada juga yang mengatakan sambil sinis bahwa seorang perempuan yang sekolah tinggi tapi setelah mempunyai suami dan anak tinggal di rumah, apa nggak eman??? berbagai macam persepsi masyarakat yang kita tidak kuasa untuk menahannya, itu sah-sah saja.
Jika istri diperbolehkan oleh suami untuk bekerja, atau jika istri memang diharuskan untuk bekerja karena situasi dan kondisi yang mengharuskannya bekerja, maka ada beberapa hal yang harus istri perhatikan saat membantu suami mencari nafkah sementara pertumbuhan dan perkembangan anak-anak juga terpantau dengan baik, pola asuh tetap berkualitas, berikut diantaranya:
Hubungan Cinta dan Kasih Sayang
Hubungan Cinta dan Kasih Sayang
Pengasuhan hanya dimungkinkan dapat dilakukan secara terarah dan bermakna didalam hubungan keluarga yang harmonis, penuh dengan cinta dan kasih sayang, damai dan tenteram, sejahtera lahir dan batin. Pengasuhan yang baik tidak mungkin terjadi didalam keluarga yang penuh dengan konflik dan pertengkaran terus menerus. Karena itu setiap keluarga memang perlu melakukan perhitungan secara seksama dan matang kapan harus membangun rumah tangga, kapan harus mempunyai anak, dan apa kewajiban suami istri didalam dan diluar rumah tangga.
Rumah tangga harus dibina dengan rasa kasih sayang, saling menghargai sehingga timbul rasa saling membutuhkan satu sama lain. Kelahiran yang tidak direncanakan apalagi tidak dikehendaki akan menciptakan suasana kurang baik karena sudah dilandasi rasa tidak senang atau tidak diharapkan. Kehadiran bayi dianggap sebagai beban bukan sebagai anugerah dari cinta dan kasih sayang. Kondisi seperti ini akan mewarnai hubungan orang tua (ibu atau ayah) dengan anak sehingga peran pengasuhan tidak berjalan seperti yang diharapkan.
Pengetahuan dan Kemampuan Orang Tua
Pengetahuan dan Kemampuan Orang Tua
Pengetahuan dan pemahaman orang tua terutama ibu terhadap langkah-langkah strategi pengasuhan sangat diperlukan agar misi tersebut dapat terlaksana secara optimal. Pengasuhan pada dasarnya proses interaksi terhadap pengalaman, pembiasaan, pemahaman, dan internalisasi dalam ingatan anak. Dalam momentum tertentu peranan dan fungsi orang tua tidak tergantikan. Meskipun dalam situasi yang lain dapat diganti dengan orang dewasa lain. Kualitas dan kadar kasih sayang akan berbeda antara orang tua dengan orang dewasa lain.
Kehangatan atau Keintiman
Kehangatan atau Keintiman
Praktik pengasuhan memerlukan kombinasi yang sangat situasional antara anak satu dengan anak yang lain. Pelaksanaan pengasuhan tidak dapat dilakukan dalam bentuk dan cara yang sama dalam situasi yang berbeda kepada atau kepada anak yang berbeda pula. Kebebasan dan pengendalian (control) yang berlebihan akan membawa pengaruh terhadap perkembangan kemampuan dan kepribadian anak sampai usia dewasa. Karena itu, hubungan komunikasi antara anak dan orang tua bersifat murni, jujur, dan demi kepentingan anak dalam menghadapi masa depannya yang pasti berbeda dari yang dialami orang tuanya.
Kehangatan komunikasi bisa dilakukan melalui HP ataupun media lainnya, memang tidak maksimal tapi setidaknya ada perhatian dari orang tua terhadap anaknya. Setelah pulang dari tempat bekerja, upayakan saat di rumah adalah waktu total untuk anak-anak dan keluarga.
0 Response to "Dilematis, Seorang Ibu Fokus Mengasuh Anak Atau Tetap Bekerja??? Ini Jawabannya"
Posting Komentar